Dirut Pertamina Ngaku Rugi Jual Pertamax Kendati BBM Sudah Naik

Kantorberita.net – Rapat kerja (Raker) antara Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati dengan Komisi VI DPR RI telah dilaksanakan, Kamis (8/9). Pada kesempatan itu, Nicke mengatakan bahwa saat ini Pertamina menjual rugi atas harga Pertamax meski saat ini sudah naik.

Nicke mengatakan, Pertamina berupaya untuk menahan harga Pertamax agar perbandingan dengan harga Pertalite tidak jauh. Karena jika selisih harganya jauh dengan Pertalite sebagai BBM subsidi, akan semakin banyak yang menggunakan Pertalite.

“Pertamax itu kalau lihat kategori, di dalam regulasi adalah Jenis BBM Umum (JBU) yang harganya fluktuatif disesuaikan ICP. Tetapi kita melihatnya Pertamax itu pemerintah itu mengendalikan juga harganya,” ujarnya dalam raker dengan Komisi VI, mengutip Detik.com.

“Karena kalau Pertamax disesuaikan dengan market price maka lebih banyak lagi yang ke Pertalite which is itu akan membuat subsidi makin naik,” tambahnya.

Nicke melanjutkan selisih harga Pertamax yang sampai saat ini belum mencapai harga keekonomian, ditanggung sendiri oleh PT Pertamina (Persero). Tidak ada kompensasi dari pemerintah.

Berkaitan dengan apakah Pertamina mendapatkan penggantian atas selisih Pertamax, anggota Komisi VI DPR RI sampai bersaut-sautan bertanya.

“Untuk Pertamax selisih itu yang menanggung Pertamina, pak. Jadi tidak diganti,tidak ada oleh… karena kan tidak masuk. JBT Solar dan JBKP Pertalite. Pertamax JBU secara aturan. Namun itu disesuaikan harga pasar, maka ini semua akan pindah ke Pertalite,” jelas Nicke.

Mengingat saat ini harga Pertamax masih jauh dari harga keekonomian, artinya Pertamina jual rugi Pertamax masyarakat. Di sisi lain, Pertamina tidak mendapatkan kompensasi dari Pemerintah untuk menanggung selisih harga yang ditahan untuk Pertamax.

Untuk diketahui, harga Pertamax naik dari Rp 12.500 per liter menjadi Rp 14.500 per liter. Sementara seharusnya dengan kurs dan harga minyak yang meningkat saat ini harganya Rp 17.300/liter. Harga itu jika dihitung dengan ICP US$ 105 dan kurs dolar Rp 14.700.

Hal itu sontak membuat anggota Komisi VI pun bertanya-tanya, uang dari mana untuk menutup kerugian tersebut. Nicke pun menjawab untuk menutup kerugian tersebut, strateginya menggunakan subsidi silang di perusahaan.

“Ini kan namanya jualan kita maintain bottom line, ada subsidi silang kita lakukan dan sebagainya. Itu lah BUMN-itulah BUMN yang membedakan karena kan ikut membantu daya beli masyarakat,” ujarnya sambil tertawa kecil

Kemudian ada pertanyaan pula mengapa Pertamina mau berkorban. Seperti yang disampaikan oleh anggota Komisi VI, Nusron Wahid. “Nilai strateginya sampai mau rugi,” ujar Nusron.

“BUMN, Pak,” jawab Nicke.

“Ya BUMN-BUMN, ko mau berkorban?” lanjut Nusron lagi.

Menjawab bagaimana Pertamina menutup kerugian atas jual rugi Pertamax, Nicke mengatakan Pertamina menjalankan bisnis dari hulu ke hilir. Pada saat harga minyak naik, maka perusahaan mendapatkan keuntungan dari bisnis hulu.

Keuntungan di hulu itu yang dijadikan Pertamina untuk subsidi silang menutupi kerugian dari penjualan produk yang rugi.

“Pertamina ini kan hulu ke hilir, pada saat harga minyak naik maka kita dapat windfall dari keuntungan di hulu, kita dapat beban di hilir. Inilah yang kemudian terjadi subsidi silang yang akhirnya di tahun lalu kita masih membukukan keuntungan,” jelasnya.

“Jadi itu di situ, kaya kita dagang dengan beberapa produk subsidi silang dan itu kita coba sedemikian rupa,” pungkasnya.**

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *