Krisis Ekonomi Inggris Makin Mengerikan: Anak Makan Penghapus Karet, PSK Bertambah

Kantorberita.co – Negara Inggris yang selama ini terlihat baik-baik saja, rupanya tak begitu adanya. Krisis ekonomi yang melanda negara tersebut dikabarkan kian mengerikan. Sejumlah warga benar-benar terkena dampak signifikan dari krisis itu.

Krisis ekonomi di Inggris bisa dilihat dari angka inflasinya yakni hingga di atas 10,1%. Impor komoditas Inggris pun kian mahal lantaran nilai tukar poundsterling terhadap dollar Amerika Serikat (AS) juga terperosok makin ke dalam.

Sekelompok pihak menyebut, Inggris adalah nestapa saat ini. Itu ditandai dengan melambungnya harga energi di negara Ratu Elizabeth tersebut. Faktor inilah yang membuat banyak warga terlilit.

Kenaikan ini sendiri didorong oleh naiknya harga bahan bakar setelah serangan Rusia ke Ukraina. Inggris dan beberapa sekutunya melemparkan embargo atas beberapa bahan bakar asal Rusia.

Di Oktober ini, otoritas energi Inggris Ofgem menaikkan tarif batas atas listrik rumah tangga pada hingga 3,549 pound atau Rp 60,7 juta setahun. Padahal, sebelumnya tarif batas atas hanya menyentuh angka 1.971 pound atau Rp 33,7 juta.

Inflasi Hampir 10% dan Bank Sentral Naikkan Suku Bunga
Kenaikan harga energi mendorong barang lain naik. Ini juga termasuk makanan. Pada September, inflasi Inggris berada di level 10,0% secara year-on-year (yoy). Ini merupakan kenaikan tertinggi dalam 40 tahun.

Sementara di tengah krisis, bank sentral Bank Of England (BoE) telah menaikkan suku bunga 50 basis poin menjadi 2,25%. Kenaikan suku bunga ini menjadi yang kenaikan yang ketujuh secara berturut-turut.
Bank sentral ini bahkan juga berencana untuk memberikan kenaikan suku bunga ‘signifikan’ ketika pertemuan berikutnya pada bulan November. Ini dilakukan untuk mengendalikan inflasi hingga di level 2%.

Beberapa kalangan muda memutuskan untuk menjadi pekerja seks komersial (PSK) demi memenuhi kebutuhan hidup. Dilansir dari laporan media lokal Itv, seorang mahasiswi bernama Scarlett kini mendalami profesi itu.

Ia mengaku makin banyak teman-temannya yang bertanya terkait bagaimana masuk di industri seks. Pasalnya, pendapatan dari kegiatan seks berbayar itu dapat mencukupi biaya sewa apartemen.

“Orang-orang yang mengagungkannya di internet telah membuat banyak orang seperti, ‘oh, bukankah ini mudah dan menyenangkan dan glamor dan saya akan sangat keren dan saya akan minum banyak sampanye dan menghasilkan banyak uang’. Sekarang, sikapnya berubah menjadi seperti: ‘Saya sangat perlu membayar sewa saya’,” ujarnya.

Di awal musim panas negara itu saja, dimulai Juni dan berakhir September, ada tambahan 1/3 perempuan menjadi PSK.

Data terbaru English Collective of Prostitution, yang dikutip akhir bulan lalu, mengatakan banyak warga yang menjadi PSK ini merupakan orang tua tunggal. Di Inggris prostitusi indoor diizinkan pemerintah.

“Krisis biaya hidup sekarang mendorong wanita menjadi pekerja seks dengan berbagai cara. Apakah itu di jalan, di tempat atau online,” kata Juru Bicara Niki Adams, dimuat Sky News.

Sementara itu, mengutip Survey Resolution Foundation, dalam kurun waktu itu sampai dengan pandemi 2020, rata-rata pendapatan kelas pekerja hanya naik 0,7% pertahun. Ini jauh dari rekaman dekade sebelumnya sebesar 2,3% (antara 1961-2005).

Mahalnya harga pangan membuat beberapa keluarga memutuskan untuk melewatkan waktu makannya. Bahkan, ini juga berdampak pada anak-anak.

Satu sekolah di Lewisham, London Tenggara, memberitahu badan amal Chefs in Schools tentang seorang anak yang ‘berpura-pura membawa kotak makan’ padahal kosong. Anak itu diketahui tidak memenuhi syarat untuk mendapatkan makanan sekolah gratis dan tidak ingin teman-teman tahu bahwa tidak ada bekal yang dibawanya.

Di Inggris, semua anak sekolah berhak atas makanan sekolah gratis. Tetapi di luar itu, hanya anak-anak yang orang tuanya berpenghasilan kurang dari 7.400 pound (Rp 120,5 juta) per tahun yang memenuhi syarat.

Masih ada 800.000 anak yang tidak termasuk dalam daftar penerima makanan gratis itu. Kelompok bantuan amal masyarakat juga mengatakan kepada Observer minggu ini bahwa mereka berjuang untuk mengatasi permintaan baru dari keluarga yang tidak mampu memberi makan anak-anak mereka.

“Kami mendengar tentang anak-anak yang sangat lapar sehingga mereka mengunyah penghapus karet di sekolah. Anak-anak datang karena belum makan apapun sejak makan siang sehari sebelumnya. Pemerintah harus melakukan sesuatu,” kata Kepala Eksekutif Chefs in Schools, Naomi Duncan, kepada The Guardian, akhir bulan lalu.

Perdana Menteri (PM) Inggris Liz Truss memutuskan untuk mundur dari jabatannya pada Kamis lalu. Ia mundur setelah 45 hari menjabat di posisi tertinggi pemerintahan Inggris.
Perempuan berusia 47 tahun itu mengatakan telah menyampaikan pengunduran dirinya kepada Raja Charles III. Ini setelah bertemu dengan Graham Brady, pemimpin Komite Partai Konservatif 1922, pada Kamis pagi waktu setempat.

“Mengingat situasinya, saya tidak bisa menyampaikan mandat yang saya pilih oleh Partai Konservatif,” katanya dalam pidato singkat Kamis, waktu setempat.

Perempuan berusia 47 tahun itu mengatakan akan tetap menjabat sebagai PM Inggris sementara sampai penggantinya ditunjuk. Direncanakan akan ada PM baru pekan depan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *