Kantorberita.net – Pemerintah akan mengeluarkan program konversi gas 3 kg ke kompor listrik. Guna memuluskan program tersebut, pemerintah tengah mempersiapkan paket kompor listrik secara gratis kepada 300 ribu rumah tangga yang terdaftar di Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS).
Selebihnya, masyarakat tentunya harus membeli sendiri kompor listrik tersebut, jika program konversi gas 3 kg ke kompor listrik itu sudah berjalan.
Mengenai harga 1 unit kompor listrik menurut Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Rida Mulyana, sekitar Rp1,8 juta. Sehingga jika sasarannya 300 ribu rumah tangga, maka anggaran yang dibutuhkan tahun ini sekitar Rp540 miliar.
Adapun pihak yang meraih cuan dari program konversi ini tentunya mereka yang bisa memproduksi kompor listrik tersebut. Salah satunya yakni perusahaan milik crazy rich Michael Bambang Hartono dan Robert Budi Hartono (Hartono Bersaudara), PT Hartono Istana Teknologi (Polytron). Sedikitnya 1 juta unit kompor listrik akan diproduksi oleh crazy rich Hartono Bersaudara pada 2023.
Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kementerian Perindustrian Taufiek Bawazier mengungkapkan PT Hartono Istana Teknologi merupakan salah satu perusahaan yang akan meningkatkan produksi kompor listrik. Hal itu dilakukan untuk mendukung program konversi LPG 3 kg ke kompor listrik pemerintah.
“Di 2022, kemampuan nasional bisa 300 ribu unit, dan nanti begitu ada kepastian spesifikasi jenis daripada kompor induksinya, itu beberapa perusahaan yang existing memproduksi kompor listrik akan menambah land investasinya khusus di kompor induksi,” ujar Taufiek dalam rapat dengan Komisi VII DPR, Rabu (21/9), mengutip CNN Indonesia.
Hartono Bersaudara menduduki peringkat pertama daftar orang terkaya di Indonesia versi Forbes 2021. Keduanya dikenal sebagai pemilik raksasa perusahaan rokok Djarum.
Total kekayaan keduanya mencapai US$42,6 miliar atau sekitar Rp639 triliun (asumsi kurs Rp15 ribu per dolar AS).
Hartono Istana Teknologi dengan merek dagang Polytron merupakan bisnis non-rokok pertama yang mereka dirikan. Perusahaan yang didirikan pada 16 Mei 1975 di Kudus, Jawa Tengah tersebut awalnya diberi nama PT Indonesian Electronic & Engineering dengan modal awal Rp50 miliar.
Kemudian, pada 18 September 1976, perusahaan berubah nama menjadi PT Hartono Istana Electronic, lalu merger dan menjadi PT Hartono Istana Teknologi.
Awalnya, kerja sama dibangun dengan Philips dan Salora dalam bentuk transfer teknologi. Produk pertama yang dikeluarkan perusahaan ini adalah televisi (hitam putih) pada 1979, yang sampai sekarang masih menjadi produk utamanya.
Selain Hartono Istana Teknologi, Taufiek juga memaparkan sejumlah perusahaan yang akan meningkatkan produksi kompor listrik.
Rinciannya, PT Adyawinsa Electrical and Power sebanyak 1,2 juta unit, PT Maspion Elektronik 300 ribu unit, PT Selaras Citra Nusantara Persada 300 ribu unit, Sutrado 1 juta unit dan perusahaan lainnya 1,2 juta unit.**