Setelah Pekanbaru, Perusahaan Properti Terkemuka “Maton House” Kini Pilih Bandung Untuk Teruskan Perkembangan

Bogor- Virus Covid-19 yang hingga saat ini berdampak ke berbagai sektor industri di tanah air mulai dari manufaktur hingga finansial, dan industri properti pun merupakan salah satu industri yang paling terkena dampak dari wabah virus corona (Covid-19) ini. Bukan hanya penjualan yang diperkirakan mandek, namun juga adanya risiko kredit macet dari para debitur.

Namun, di tengah hal terjadi saat ini, pengembang properti berbasis syariah yaitu Maton House perusahaan properti terkemuka di Pekanbaru, tetap berkomitmen untuk meneruskan pembangunan dan memasarkan produknya ke masyarakat.

Mengingat Indonesia adalah negara dengan pemeluk agama Islam terbanyak di dunia, tak heran kalau perumahan dari developer properti syariah menjadi buruan banyak orang.

Owner Maton House yaitu Mochammad Makbul mengatakan, sebelumnya kita telah membangun di Pekanbaru Riau yang berkonsep seperti cluster.

Kini, kita akan membangun di wilayah Bandung. “Hal itu bukan semata-mata tanpa alasan, kami 16 tahun di Pekanbaru dan Maton House adalah proyek pertama kami yang sukses,” ucap Makbul dalam konferensi persnya, di Hotel Padjadjaran, Bogor, Sabtu (6/11/2021).

Itu terbukti, tambah Makbul, customer/penghuni Maton House merasa aman dan nyaman. Berdasarkan hasil survei, wilayah yang aman dan nyaman untuk ditempati yaitu Jogjakarta, Bogor dan Bandung. Lalu yang menjadi pilihan kami yang juga akan kami bangun yaitu Bandung dengan luas 4500m. Karena wilayah tersebut yang paling banyak diminati.

Menjawab tantangan ditengah pandemi saat ini, Ganjar selaku Chief Operations Officer menyampaikan, sebelumnya kami sudah melakukan riset dan poin pertama ialah beberapa developer akan bertahan bahkan ada yang sampai menjual 250 unit dalam kurun waktu 1 tahun. Kedua, properti ini merupakan kebutuhan utama yaitu sandang, pangan dan papan, dan itu akan menjadi kebutuhan manusia selama masih hidup.

Dan yang terakhir, pandemi ini tidak mendisrupsi ekonomi yang kita khawatirkan. Tidak seperti ditahun 97-98 yang memang tidak ada uang, kalau sekarang uangnya ada hanya saja kendalanya ditahan mengingat pandemi.

Sebagai contoh, saat PPKM level 2 diturunkan ke level 1 secara langsung dijalanan kembali normalnormal. Dengan begitu banyak yang mengejar target, yang dimana sebelumnya slow moving.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *